Selasa, 12 Maret 2013

Teori Belajar menurut para ahli


1.      TEORI BELAJAR MENURUT GAGNE AND BRIGGS
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

2.      MODEL PEMBELAJARAN MENURUT JOYCE DAN WEIL
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1986) yaitu: bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mernbentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikan.
1.      kelompok model pengolahan informasi
2.      kelompok model personal
3.      kelompok model sosial
4.      kelompok model sistem prilaku
Empat Kategori Model Pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1986)


Kelompok Model Pengolahan informasi." The Information Processing Models"
Beberapa model yang termasuk kedalam kelompok ini adalah:
1.      Pencapaian Kosep
2.      Berpikir Induktif
3.      Latihan Penelitian
4.      Pemandu Awal
5.      Memorisasi
6.      Pengembangan Intelek
7.      Penelitian Ilmiah

Kelompok Model Personal."Personal Models"
Beberapa model yang termasuk kedalam kelompok ini adalah:
1.      Pengajaran Tanpa Arahan
2.      Sinteksis
3.      Latihan Kesadaran
4.      Pertemuan Kelas

Kelompok Model Sosial"Social Models"
Beberapa model yang termasuk kedalam kelompok ini adalah:
1.      Investigasi Kelompok
2.      Bermain Peran
3.      Penelitian Juris prudensial
4.      Latihan Laboratoris
5.      Penelitian Ilmu Sosial

Kelompok Model Sistem Prilaku."Behavioral Systems Models"
Beberapa model yang termasuk kedalam kelompok ini adalah:
1.      Belajar Tuntas
2.      Pembelajaran
3.      Belajar Kontrol Diri
4.      Latihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep
5.      Latihan Asentif


3.      TEORI BELAJAR MENURUT DAVID B. AUSUBEL
Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu teori belajar bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel belajar bermakna terjadi jika suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang, selanjutnya bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengertian baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi belajar hafalan. Ia juga menyebutkan bahwa proses belajar tersebut terdiri dari dua proses yaitu proses penerimaan dan proses penemuan.
Ausubel berpendapat bahwa metode ceramah (lecture method) merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif, apabila dipakai secara tepat. Menurut Ausubel , metode-metode kspositoris (termasuk metode ceramah) akan sangat efektif dalam menghasilkan kegiatan belajar yang bermakna (meaningful learning) apabila dipenuhi dua syarat sebagai berikut:
1. Siswa memiliki meaningfull learning set, yaitu sikap mental yang mendukung terjadinya kegiatan belajar yang bermakna. Contoh: siswa betul-betul mempunyai keinginan yang kuat untuk memahami hal-hal yang akan dipelajari, dan berusaha untuk mengaitkan hal-hal baru yang dipelajari dengan hal-hal lama yang telah ia ketahui, yang kiranya relevan.
2. Materi yang akan dipelajari atau tugas yang akan dikerjakan siswa adalah materi atau tugas  yang bermakna bagi siswa; artinya, materi atau tugas tersebut terkait dengan struktur kognitif yang pada saat itu telah dimiliki siswa, sehingga dengan demikian siswa bisa mengasimilisasikan pengetahuan-pengetahuan baru yang dipelajari itu kedalam struktur kognitif yang ia miliki. Dan dengan demikian, struktur kognitif siswa mengalami perkembangan.

4.      TEORI BELAJAR MENURUT JHON DEWEY
Setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya serta pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif (Sugihartono dkk, 2007: 105). Pengalaman dan pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses penginderaan yang selanjutnya akan masuk ke dalam memori serta tersusun dalam struktur kognitif. Pada tahap selanjutnya pengalaman dan pengetahuan yang telah tersusun secara kognitif tersebut akan bekerja secara psikomotorik untuk pemecahan masalah bagi siswa.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor kognitif berasal dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambungan) secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa (Sugihartono dkk , 2007:105). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses belajar harus dilakukan secara terus-menerus agar  berjalan dengan baik. proses belajar yang berkesinambungan akan lebih memiliki manfaat bagi siswa seperti siswa akan lebih banyak memiliki alternatif pemecahan masalah sehingga masalah yang dihadapi akan terselesaikan dengan cara yang efisien.
Teori pembelajaran kognitif dapat dibagi menjadi dua aliran yakni teori gestalt dan konstruktivistik. Sugihartono dkk. (2007) dalam kutipannya menjelaskan konsep penting dalam psikologi gestalt adalah insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Pengamatan atau pemahaman yang secara mendadak tersebut sering diartikan sebagai ide atau gagasan yang secara tidak sengaja muncul di dalam memori kita. Meskipun mendadak pengamatan atau pemahaman tersebut didapat terlebih dahulu melalui proses berpikir. Hal semacam ini bersifat insidental.
Sugihartono dkk. (2007) menjelaskan perbedaan antara teori gestalt dengan konstruktivistik terletak pada permasalahan yakni pada gestalt permasalahan yang dimunculkan berasal dari pancingan eksternal sedangkan pada konstruktivistik permasalahan muncul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi oleh siswa sendiri. Penjelasan dari teori konstruktivistik tersebut adalah permasalahan yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri atau dapat dikatakan sebagai faktor internal. Faktor internal tersebut yang akhirnya memunculkan suatu permasalahan. Teori konstruktivistik dipelopori oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat yakni John Dewey.
John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain.
John Dewey tidak hanya mengembangkan teori konstruktivistik yang terangkum dalam teori kognitif tetapi juga mengembangkan teori perkembangan moral peserta didik. John Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahapan, yaitu tahap premoral atau preconventional, tahap conventional, dan tahap autonomous.

5.      TEORI BELAJAR MENURUT LEV SEMYONOVICH VYGOTSKY
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seorang seturut dengan teori sciogenesis. Dimensi kesadaran social bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat skunder. Artinya, pengetahuan dan pengembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber social di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan social yang aktif pula.
Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social secara aktif.

1.hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development) Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan: tataran social lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.

2.zone perkembangan proksimal (zone of proximal development) Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkat : tingkat perkembangan actual yang tampak dari kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas atau pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa.

3. Mediasi Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambing adalah kunci utama memahami proses-proses social dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi. Media metakognitif dan mediasi kognitif.

Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regalution (pengaturan diri) yang mencakum: self planning, self monitoring, self chechikng dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.

Sedang media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga, media ini bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya)
Dalam semua literatus yang mengupas tetang teori perkembangan kognitif vygotsky kerap menakjubkan pesan vygotsky yang bernada: “untuk membantu8 anak membangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi.
Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama:
(1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui;
(2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual;
(3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Penerapan Teori Belajar Vygotsky Dalam Interaksi Belajar Mengajar adalah Pembelajaran Kooperatif dan Peer Tutoring (Tutor Sebaya)

1 komentar: